Jumat, 10 Januari 2020

Dilema Pembatasan BBM Bersubsidi

Teks berjudul “Dilema Pembatasan BBM Bersubsidi” merupakan teks berbentuk editorial. Editorial adalah artikel dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan pendirian editor atau pimpinan surat kabar (majalah) tersebut mengenai beberapa pokok masalah. Editorial sering pula disebut tajuk rencana. Bentuk teks suatu editorial merupakan teks opini yang termasuk ke dalam jenis genre makro. Sebagai opini, editorial mewakili redaksi sekaligus mencerminkan pendapat dan sikap resmi media yang bersangkutan.

Di dalam editorial terdapat fakta dan opini. Fakta dalam editorial adalah hal (keadaan, peristiwa) yang merupakan kenyataan yang diambil dari peristiwa atau gejala tertentu di dalam masyarakat. Opini merupakan argumen atau tanggapan redaksi terhadap peristiwa atau gejala yang dijadikan pokok pembicaraan dalam editorial.
 Editorial adalah artikel dalam surat kabar atau majalah yang mengungkapkan pendirian edit Dilema Pembatasan BBM Bersubsidi
Struktur teks editorial, seperti halnya struktur teks opini, terdiri atas pernyataan pendapat, diikuti oleh argumentasi, dan ditutup oleh pernyataan ulang pendapat. Struktur teks ini dapat dituliskan: pernyataan pendapat^argumentasi^pernyataan ulang pendapat. Pada teks berjudul “Dilema Pembatasan BBM Bersubsidi” dapat dibedah strukturnya dengan mengisi kolom yang masih rumpang seperti di bawah ini.
TeksStruktur teks
Dilema Pembatasan BBM BersubsidiJudul
Kebijakan pembatasan konsumsi BBM bersubsidi per 1 Agustus banyak disoroti terkait sosialisasi yang mendadak dan efektivitasnya.OrientasiPernyataan
pendapat
Seperti dilaporkan harian ini, per 1 Agustus 2014, BPH Migas menghentikan penyaluran solar bersubsidi bagi wilayah Jakarta Pusat. Mulai 2 Agustus 2014, penjualan solar bersubsidi untuk Kalimantan, Sumatera, Jawa, dan Bali juga dibatasi pukul 08.00-18.00. Jatah solar bersubsidi untuk nelayan juga dipangkas 20 persen mulai 4 Agustus.PeristiwaArgumentasi
Kebijakan diberlakukan saat masyarakat masih sibuk dengan liburan Lebaran. Sosialisasi pun terkesan sangat mendadak, sehingga bukan hanya konsumen, banyak petugas di lapangan bahkan tak tahu ada kebijakan baru ini.PeristiwaArgumentasi
Terlepas dari tujuan positif yang ingin dicapai, langkah kurang sosialisasi dalam implementasi akan memunculkan kebingungan dan masalah baru di lapangan. Efektivitas pembatasan sendiri dipertanyakan karena cakupan wilayah yang terbatas. Masyarakat masih bisa menyiasati dengan membeli di luar Jakarta Pusat dan rest area di jalan tol.PeristiwaArgumentasi
Demikian pula pembatasan waktu penjualan. Jika tidak diantisipasi, hal itu bisa memunculkan antrean panjang dan menyusahkan masyarakat. Hal lain yang juga menjadi masalah adalah pengawasan di lapangan. Di sini pentingnya evaluasi dari waktu ke waktu dampak di lapangan. Jangan sampai pembatasan justru kontraproduktif bagi perekonomian dan memunculkan masalah baru di lapangan.PeristiwaArgumentasi
Langkah pembatasan melalui berbagai cara sebenarnya pernah diwacanakan dan diujicobakan. Namun, hal itu tak berlanjut karena berbagai kendala dalam implementasi akibat kurangnya komitmen dan ketidaksiapan sistem dan infrastruktur di lapangan.PeristiwaArgumentasi
Dengan total subsidi energi Rp350 triliun lebih Rp285 triliun di antaranya subsidi BBM keberadaan subsidi sudah menjadi kanker bagi perekonomian. Terus meningkatnya konsumsi BBM membuat impor minyak mentah/BBM terus membengkak sehingga menekan neraca perdagangan dan neraca transaksi berjalan serta rupiah.PeristiwaArgumentasi
Tanpa adanya upaya pengendalian, pembiayaan subsidi akan mengancam pertumbuhan serta kian mempersempit ruang fiskal bagi pembiayaan pembangunan dan pemberantasan kemiskinan. Persoalannya, selama ini pemerintah maju mundur menunda mengambil langkah menaikkan harga BBM sehingga subsidi membengkak mencapai hampir 20 persen dari volume APBN.PeristiwaArgumentasi
Keberanian mengambil langkah berani menjadi kunci menjamin struktur perekonomian yang lebih sehat ke depan. Pemerintahan baru harus bisa meyakinkan, tanpa ditempuhnya langkah ini, perekonomian akan terus terbebani subsidi yang sudah jelas tidak tepat sasaran dan menyandera berbagai program untuk peningkatan kesejahteraan. Agar tak memberatkan, langkah menaikkan secara bertahap hingga mencapai harga keekonomian.PeristiwaArgumentasi
Langkah pembatasan tetap bisa diteruskan dengan melanjutkan program-program yang sudah dimulai, yang sudah menelan investasi dalam jumlah besar. Demikian pula konversi energi yang tak boleh ditunda-tunda lagi.ReorientasiArgumentasi
Sumber: Kompas, Sabtu, 2 Agustus 2014 halaman 6Sumber

Pada prinsipnya, teks editorial membedah fenomena dan isu yang krusial yang sedang berlangsung. Sebagai pembedahan, tentu terdapat argumentasi yang mendukung ataupun menolak. Perhatikan kembali teks tersebut. Temukan argumentasi yang mendukung dan yang menolak. Tuliskan pada kolom ini.
ParagrafArgumen
Paragraf 2Mendukung-
Paragraf 3-Menolak
Paragraf 4-Menolak
Paragraf 5-Menolak
Paragraf 6Mendukung-
Paragraf 7-Menolak
Paragraf 8-Menolak
Paragraf 9Mendukung-
Paragraf 10Mendukung-