Rabu, 08 Januari 2020

Membandingkan Karakteristik Novel 20 - 30 an

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), Novel merupakan ”karangan prosa yang panjang, yang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku”. Menurut para ahli sastra novel merupakan bentuk karya sastra yang di dalamnya terdapat nilai-nilai sosial budaya, moral, dan pendidikan. Sedangkan menurut Jakob Sumarjo, novel adalah bentuk karya sastra yang paling popular di dunia. Bentuk sastra ini paling banyak dicetak dan paling banyak beredar, lantaran daya komunitasnya yang kuat pada masyarakat. Dan menurut Drs. Agus Priantoro,S.Pd mengemukakan bahwa novel merupakan karya sastra yang memiliki dua unsur,yaitu : unsur Ekstrinsik dan unsur Intrinsik yan keduanya saling berhubungan karena sangat berpengaruh dalam kehadiran sebuah karya sastra.

Dalam sejarah sastra Indonesia kurun waktu 1920-1930 telah dihasilkan novel-novel yang menjadi tonggak sejarah sastra Indonesia. Para pakar sastra menggolongkan novel angkatan 20-30an sebagai novel tradisi Balai Pustaka. Disebut novel tradisi Balai Pustaka karena novel-novel itu merupakan kelanjutan dari karya-karya sastra terbitan Balai Pustaka. Sedang angkatan tahun 1920 sendiri lebih dikenal sebagai Angkatan Siti Nurbaya, karena ditandai dengan novel Siti Nurbaya karya Marah Rusli yang sangat terkenal. 

Karakteristik atau ciri khas dari sebuah karya sastra sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi kehidupan masyarakat pada waktu itu. Tahun 20-30an Indonesia masih dalam cengkeraman pemerintah kolonial Belanda. Kondisi masyarakat memunculkan dua kelompok masyarakat yaitu kelompok orang kaya/saudagar kaya dengan kelompok rakyat miskin. Perbedaan seperti memicu munculnya banyak kisah sebagai ciri karya prosa tahun 20-30 an.

Novel zaman sekarang ini sangat jauh berbeda dengan novel-novel pada angkatan 20-an hingga 30-an. Salah satu perbedaannya adalah “novel-novel pada zaman sekarang ini banyak menggunakan bahasa-bahasa modern yang sangat mudah untuk dipahami oleh pembaca. Berbeda dengan novel angkatan 20-an hingga 30-an, di mana novel-novel tersebut sangat banyak menggunakan bahasa-bahasa daerah. Khususnya untuk novel ini yang sangat banyak menggunakan istiah bahasa Melayu khususnya bahasa Minangkabau. sehingga sulit untuk dipahami.

Novel-novel zaman dahulu juga menyampaikan kepada kita mengenai cara-cara berhubungan dan bersosialisasi satu sama lain terutama antara laki-laki dan perempuan yang sesuai dengan ajaran agama,tata karma, norma, dan adat istiadat yang berlaku di daerah setempat. Sedangkan novel zaman sekarang tidak mencantumkan hal-hal seperti itu. Bahkan dengan membaca novel-novel tersebut kita akan terpengaruh untuk melakukan hal-hal yang bertentangan dengan ajaran agama, adat istiadat, norma dalam bergaul dengan sesama khususnya dengan teman lawan jenis.

Novel Angkatan 20 - 30 an
Sastra Indonesia secara umum terbagi oleh beberapa periode, yaitu angkatan Balai Pustaka, Pujangga Baru, angkatan 1945, angkatan 1950, angkatan 1966, dan angkatan 1970 sampai dengan sekarang. Berikut ini beberapa karya sastra angkatan 20 - 30 an.
No.Nama PengarangHasil Karya
1.Merari SiregarAzab dan Sengsara (1920), Binasa kerna Gadis Priangan (1931), Cinta dan Hawa N*fsu
2.Marah RoesliSiti Nurbaya (1922), La Hami (1924), Anak dan Kemenakan (1956)
3.Muhammad YaminTanah Air (1922), Indonesia, Tumpah Darahku (1928), Kalau Dewi Tara Sudah Berkata, Ken Arok dan Ken Dedes (1934)
4.Nur Sutan IskandarApa Dayaku karena Aku Seorang Perempuan (1923), Cinta yang Membawa Maut (1926), Salah Pilih (1928), Karena Mentua (1932), Tuba Dibalas dengan Susu (1933), Hulubalang Raja (1934), Katak Hendak Menjadi Lembu (1935)
5.Tulis Sutan SatiTak Disangka (1923), Sengsara Membawa Nikmat (1928), Tak Membalas Guna (1932), Memutuskan Pertalian (1932)
6.Djamaludin AdinegoroDarah Muda (1927), Asmara Jaya (1928)
7.Abas Sutan Pamuntjak Nan SatiPertemuan (1927)
8.Abdul MuisSalah Asuhan (1928), Pertemuan Djodoh (1933)
9.Aman Datuk MadjoindoMenebus Dosa (1932). Si Cebol Rindukan Bulan (1934), Sampaikan Salamku Kepadanya (1935)

Perbandingan Karakteristik
Karya-karya yang ada pada angkatan balai pustaka memang dibuat sedemikian rupa agar tidak menyinggung perpolitikan kaum kolonial. Karya-karya dari balai pustaka disortir secara ketat untuk mengurangi kemungkinan ada karya-karya yang berbau menentang pemerintahan kolonial. Berikut contoh perbandingan dua buah novel angkatan 20-30an
No.Unsur yang DibandingkanNovel Azab dan SengsaraNovel Siti Nurbaya
1.TemaAnak perjaka dijodohkan paksa oleh orangtuanya karena orang tuanya tidak menyetujui gadis pilihan anaknya yang berasal dari keluarga miskin.Anak gadis yang harus menikah dengan lelaki tua untuk menutup hutang orangtuanya kepada lelaki itu.
2.LatarTerjadi pada masyarakat Minangkabau, daerah Siporok, Padang, dan Medan Sumatera Utara.Terjadi pada masyarakat Minangkabau, Padang, dan sebagian cerita di Jakarta.
3.Alur CeritaDiakhiri dengan kesengsaraan tokoh utama Mariamin.Diakhiri dengan kematian tokoh utama Siti Nurbaya dan Syamsulbahri.
4.Keterkaitan dengan kehidupan masa sekarangSebagian masyarakat memang masih ada yang memilihkan jodoh untuk anaknya.Sudah tak ditemukan orang tua yang mengorbankan anaknya untuk mengembalikan utang.