Senin, 27 April 2020

Simbol dan Nilai Estetis dalam Seni Teater

Pada dasarnya semua karya seni, termasuk karya teater diekspresikan menggunakan bahasa simbol. Pengertian simbol di dalam seni, termasuk seni teater dapat dipahami sebagai benda, bentuk,unsur seni yang mengandung nilai atau makna yang terkandung di dalamnya. Semua yang nampak, semua yang terucap dan semua yang terdengar adalah simbol yang dapat ditanggapi oleh penonton. Efektivitas penggunaan jenis-jenis sarana simbolis dalam mengkomunikasikan gagasan sangat bergantung pada pengetahuan dan kemampuan teknik para pemain.

1. Simbol Teater
Apa yang terungkap dalam pergelaran teater adalah seperangkat simbol yang dikomunikasin kepada penonton. Komunikasi terjadi manakala penonton memahami makna yang terkandung dibalik sarana simbol. Penonton dituntut berpikir untuk menafsirkan apa yang dilihat, didengar, dan ditanggapi tentang pergelaran teater. Para penggarap teater berusaha keras untuk menghadirkan media ungkap simbolik yang sesuai dengan kesepakatan budaya.

Jika sarana simbol yang digunakan di luar konsensus masyarakat penonton, maka penonton akan sulit mencerna makna gagasan yang dimaksudkan seniman. Sungguhpun sebenarnya karya teater atau karya seni lainnya dihadirkan di depan penonton bukan untuk dimengerti, melainkan untuk dinikmati. Walaupun penonton tidak mengerti, tetapi dia menikmati, maka tujuan penciptaan seni sudah tercapai. Namun penonton pada tingkatan yang lebih tinggi, disamping menikmati juga diharapkan mengerti akan maksud yang digagas para seniman sehingga penonton dapat menanggapi dan mengkritisi untuk kemajuan di masa datang. Simbol-simbol yang digunakan sebagai sarana komunikasi dalam teater meliputi: 
  1. Simbol visual adalah simbol yang nampak dalam penglihatan penonton, meliputi seluruh wujud bentuk dan warna termasuk tubuh para pemain. Simbol visual berupa benda-benda, bentuk-bentuk, warna- warna dari barang-barang perkakas pendukung pementasan serta perilaku para ekting para pemain. 
  2. Sombol verbal adalah simbol yang diungkapkan dengan kata-kata, baik oleh para pemain, narator, maupun dalang. Simbol verbal berupa kata-kata yang diucapkan dalam dialog dan monolog para pemain. Kata-kata itu berasal dari teks naskah yang diciptakan pengarang. 
  3. Simbol auditif adalah simbol yang ditimbulkan dari bunyi-bunyi yang didengar oleh penonton. Bunyi-bunyi itu dapat dibuat oleh para pemain untuk menghasilkan kesan tertentu, atau bunyi yang dihasilkan dan dibuat sengaja sebagai tataan musik ilustrasi, karena musik pada dasarnya adalah simbol.
 termasuk karya teater diekspresikan menggunakan bahasa simbol Simbol dan Nilai Estetis dalam Seni Teater
Misalnya pada pementasan teater lakon "Wek-Wek" saduran D. Djajakusuma, dimainkan oleh Kelompok REL Surakarta bercerita tentang Petruk, seorang buruh angon bebek telah dituduh oleh Bagong, sang majikan, menggelapkan bebek dan telornya hingga persoalan ini harus diselesaikan secara hukum di kantor Kelurahan. Dalam persidangan Petruk dibantu oleh Cempluk , seorang pukrul bambo
No.Bentuk SimbolContoh
1.Simbol VisualTimbangan dapat di pahami sebagai alat timbang biasa, dan jika timbangan seimbang makna sombolnya adalah keadilan. Jika timbangan tidak seimbang maka makna simbolnya adalah ketidakadilan.
2.Simbol VerbalSejauh mata memandang sawah-sawah luas terbentang namun tak sebidang tanahpun yang menjadi milikiku. Padi-padi yang sudah ditanam juga aku yang menanam, namun tak segenggampun yang aku miliki. Bebek tiga puluh ekor semuanya juga bertelur, namun tak sebutirpun yang menjadi miliki merupakan simbol penderitaan yang terjadi pada pementasan tersebut.
3.Simbol AuditifNyanyian woro-woro jos, merupakan simbol kemenangan

Nilai Estetis teater
Teater sebagai suatu seni pertunjukan tentu mempunyai nilai-nilai estetika. Nilai-nilai estetika ini terletak di setiap bagian baik sebelum pementasan, pada saat pementasan, maupun setelah pementasan ketika pertunjukan tersebut telah diabadikan dalam suatu media dokumentasi. Namun, nilai estetika yang paling kuat dapat kita jumpai pada saat pertunjukan, yaitu pada saat kita dapat menyaksikan jalannya pementasan secara langsung. Nilai estetis atau nilai keindahan dalam pergelaran teater merupakan akumulasi dari nilai-nilai yang digagas dan dikomunikasikan kepada penonton. Nilai-nilai estetis dalam teater itu antara lain:
  1. Nilai Emosional. Banyak penonton teater yang hanyut dalam suasana yang dibangun oleh struktur emosi. Suasana itu dapat sedih, gembira, tragis, menyayat hati, tegang, mencekam, dan sebagainya.
  2. Nilai Intelektual. Penonton teater seringkali merasa mengalami pencerahan setelah menonton pertunjukan teater. Pertunjukan tersebut banyak memberikan nilai-nilai informasi tentang kehidupan sosial, spiritual, moral, dan sebagainya.
  3. Nilai Visual. Penonton teater kerap merasa takjub melihat peristiwa pentas dengan segala perkakasnya yang speaktakuler hasil tangan-tangan kreatif para pekerja teater.
  4. Nilai Verbal. Banyak penonton yang kagum pada ungkapan kata-kata dari para pemain dengan teknik dinamika yang luar biasa, artikulasi yang jelas, serta irama yang dinamis.

Nilai Seni, menurut The Liang Gie (1976) jenis nilai yang melekat pada seni mencakup: (a) Nilai keindahan, nilai keindahan dapat pula disebut nilai estetis, merupakan salah satu persoalan estetis yang menurut cakupan pengertiannya dapat dibedakan menurut luasnya pengertian, yaitu: keindahan dalam arti luas (keindahan seni, keindahan alam, keindahan moral, dan keindahan intelektual), keindahan dalam arti estetis murni, keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan. Keindahan dalam arti terbatas dalam hubungannya dengan penglihatan pada prinsipnya mengkaji tentang hakikat keindahan dan kriteria keindahan yang terdapat di alam, dalam karya seni dan benda-benda lainnya. (b) Nilai pengetahuan. (c) Nilai kehidupan.